FACEBOOK; ANTARA MANFAAT DAN MUDHARAT

on Selasa, 18 Maret 2014


Facebook sudah menjadi trend setter di semua kalangan dari tukang ojek sampai akademisi, dari perorangan sampai organisasi. Apalagi di saat-saat seperti ini, menjelang pemilihan caleg, media sosial ini tidak luput dari incaran para caleg tersebut karena  dinilai jejaring sosial ini merupakan salah satu media yang cukup efektif untuk menyuarakan aspirasi mereka. Bahkan menurut salah satu survey, Indonesia menduduki urutan ketiga pengguna facebook ini.
          Sebetulnya semua itu sah-sah saja dan tidak menjadi masalah, asalkan semuanya masih dalam jalur yang benar. Artinya tidak disalah gunakan untuk hal-hal yang merugikan pihak lain, tindak kriminal misalnya. Karena banyak dijumpai kasus-kasus penipuan maupun penculikan yang berawal dari media facebook ini. Bahkan di kalangan remaja media ini tidak hanya digunakan sebagai ajang untuk menjalin hubungan sosial dengan teman-temannya, tetapi juga sebagai media untuk meluapkan kejengkelan atau ketidakpuasan terhadap pihak-pihak tertentu. Bahkan yang lebih parah menyebabkan terjadinya "perang facebook", dan ujung-ujungnya terjadi tawuran. Dan yang lebih memprihatinkan facebook ini digunakan oleh para pelajar untuk meluapkan kejengkelannya pada guru-guru mereka. Hanya karena masalah sepele, ditegur oleh guru, mereka langsung update status menuliskan hal-hal yang tidak pantas dilakukan oleh seorang pelajar. Parahnya lagi mereka menyebutkan "nama". Padahal jelas bahwa hal itu dapat dianggap sebagai pencemaran nama baik yang dapat dimeja hijaukan. Inilah yang kadang tidak disadari oleh mereka. Dan kasus seperti ini sudah pernah terjadi sehingga sekolah terpaksa mengambil tindakan mengeluarkan anak tersebut dari sekolah. Kalau sudah terjadi seperi itu barulah masyarakat angkat bicara tentam HAM lah, perlindungan anak, dsbnya. Kalau sudah seperti ini siapa yang patut unutk disalahkan? guru, orang tua, media sosial?. tapi itulah fenomena yang sekarang ini sudah dianggap biasa. Melalui facebook mereka bisa berkomentar apa saja, bisa menilai orang lain, menghujat orang lain tanpa melihat bahwa orang tersebut juga mempunyai hak yang sama. Bahwa kebebasan kita dibatasi oleh hak-hak orang lain juga.
           Jadi ingat kisah yang pernah saya baca tentang "Jendela Kaca dan Cucian Tetangga".
Dalam kisah itu diceritakan sepasang suami istri yang setiap hari membicarakan tentang cucian tetangga. Sang istri selalu mengomentari cucian tetangganya yang terlihat kurang bersih di matanya dan menganggap sang tetangga tidak becus bekerja. Sampai pada suatu pagi sang istri terheran-heran melihat cucian tetangga yang tampak lebih bersih dibandingkan hari-hari sebelumnya. Sang suami pun berkata bahwa pagi itu dia bangun dan membersihkan jendela kaca rumah mereka. Ternyata bukan cucian tetangga yang kurang bersih, tetapi jendela rumah mereka yang kurang bersih. Sang istri pun menjadi malu karena telah memberikan penilaian yang salah terhadap tetangga mereka.
          Dari kisah ini ada pelajaran berharga yang dapat kita petik. Sebelum kita menilai cucian tetangga, pastikan jendela rumah kita sudah bersih, dengan kata lain sebelum kita menilai orang lain pastikan kita sendiri lebih baik dari mereka. Kalau tidak yang ada hanyalah fitnah.
          Facebook adalah salah satu produk kemajuan teknologi yang kita harapkan banyak memberikan manfaat bagi kita semua bukannya untuk menyebarkan fitnah dan membuka aib orang lain. Semoga tulisan ini dapat menjadi bahan renungan bagi kita semua para pengguna facebook atau jejaring sosial lainnya.

0 komentar:

Posting Komentar